“THE ACCIDENT”
“Diam
lo, jalang! Tidak usah pura-pura menangis meratapi nasib. Lo juga nikmatin apa
yang gue kasih” Maki laki-laki kepada seorang perempuan yang tengah menangis tersedu-sedu memeluk kedua lututnya di suatu
sudut gang yang gelap dengan baju yang sudah acak-acakan dan tidak beraturan
lagi. Ia baru saja kehilangan kehormatannya yang selalu ia jaga selama ini, dan
hari seenaknya saja direnggut secara paksa oleh laki-laki yang memakinya untuk
beberapa kalinya.
Bukan
kenikmatan seperti yang di ceritakan oleh teman-temannya atau dari artikel
media social yang pernah ia baca yang ia dapatkan atas kehilangan mahkotanya,
tetapi rasa sakit dan perih yang dahsyat di bagian selangkaannya. Ia juga
merasa sakit karena di perlakukan secara semena-mena bagaikan binatang jalanan
yang hina.
Ia
baru saja kembali dari salah satu rumah anak didiknya yang sudah di ajarinya
beberapa bulan belakangan ini. Ia memang
sudah terbiasa pulang sendirian di atas jam 10 malam, di karenakan harus
bekerja mengajar les di umah anak didiknya. Sepulang sekolah ia langsung
mengajari dua orang anak SD, tiga anak SMP dan satu anak SMA, adek kelasnya.
Biasanya ia menumpang makan di rumah anak SD yang di ajarinya sepulang sekolah.
Ia menggunakan waktunya sebaik-baik mungkin agar semua tidak terkendala.
Malam
ini adalah malam sialnya, ketika ia meregangkan otot-ototnya tiba-tiba saja
seseorang menariknya dan membawanya ke salah satu gang yang gelap. Ia tidak
bisa berontak karena kekuatannya tidak sebanding dengan laki-laki yang
membawanya secara paksa. Beberapa kali pipi mulusnya di tampar hingga
mengeluarkan darah di sudut bibirnya karena berusaha berontak dan menangis.
Laki-laki itu tidak bergeming sedikitpun melihat wajah ketakutan gadis itu,
karena kedua matanya telah di kelabui kabut gairah akibat obat perangsang yang
di masukkan oleh teman-temannya ketika ia berpesta di salah satu club bergengsi
di Jakarta Selatan.
“Gue
udah bilang, jangan nangis” Bentaknya sekali lagi setelah selesai memakai
pakaiannya. Ia pun meludah sembarangan dan meninggalkan gadis itu sendirian dan
ketakutan.
Beberapa
saat kemudian, laki-laki itu mampir di salah satu minimarket yang tidak jauh
dari gang tempat gadis itu di tinggalkan untuk membeli minuman soda dan obat
untuk mengurangi rasa nyeri dan pusing yang di rasakannya. Setelah rasa nyeri
dan pusing yang di rasakan berkurang, ia pun kembali berjalan menembus angin
malam dalam kesendirian. Hanya suara binatang kecil yang sesekali di tangkap
telinganya karena malam sudah larut.
“TIIIN....!!
TIIIINNNNNNNNN..........!!”
“BRAK.......”
“CHHIIIIIITTTTT....”
------------------------------------------------------------------------------
TBC